-->

Menjalankan Rukun Islam berarti Meningkatkan Kecerdasan Spiritual

Thursday, January 3, 2008

Kuwait, 26 desember 2007 - Ridwan Fakih

Dalam Rukun Islam yang lima kalau dikaji dari aspek psikologi sangat mengajarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk mencapai kecerdasan spiritual atau aktualisasi diri. Seringkali kita banyak mengalami bahwa kita menganggap ritual ibadah sebagai tujuan bukan sebagai cara. Kita melakukan ibadah sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan, karena jika tidak kita takut akan menerima hukuman dari Tuhan (azab dan neraka), dan jika kita lakukan kita akan menerima pahala dan surga.

Menjalankan ibadah agama dengan motivasi karena rasa takut saja (fear motivation) menunjukkan kecerdasan spiritual yang paling bawah, kalau dengan motivasi karena hadiah (reward motivation) - supaya dapat pahala - sebagai kecerdasan spiritual yang lebih baik. Tingkatan ketiga adalah motivasi karena memahami bahwa kitalah yang membutuhkan untuk menjalankan ibadah agama kita (internal motivation), dan tingkatan kecerdasan spiritual tertinggi adalah ketika kita menjalankan ibadah agama karena kita mengetahui keberadaan diri kita sebagai makhluk spiritual dan kebutuhan kita untuk selalu dekat dengan Sang Pencipta yaitu Allah SWT berdasarkan rasa cinta kita kepada Allah SWT (love motivation).

Kalau kita resapi sebenarnya Rukun Islam yang lima yang diajarkan oleh agama itu, akan membantu kita meningkatkan kecerdasan spiritual . Cobalah kita resapi urutan Rukun Islam tersebut :

Pertama, iman atau keyakinan. Dalam Ajaran Agama Islam ada Rukun Islam pertama adalah membaca Syahadad. Dalam Syahadat, kita harus menyadari dan meyakini bahwa kita sebagai manusia adalah ciptaan Tuhan dan memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi dan memiliki apa pun yang kita harapkan. Potensi dan peluang yang tidak terbatas inilah yang harus kita eksplorasi dan kembangkan dalam rangka mewujudkan impian-impian kita serta misi hidup kita bagi sesama dan dunia pada umumnya.

Kedua, ketenangan dan keheningan, yaitu suatu upaya usaha untuk menurunkan frekuensi gelombang otak kita sehingga mencapai alpha (relaks) sampai tahap meditatif pada keheningan yang dalam. Rukun kedua dalam Islam mengajarkan untuk Solat 5 waktu yang merupakan alat untuk berhubungan dengan Sang Pencipta Allah SWT. Dalam Sholat, sebenarnya merupakan tahap di mana otak kita membutuhkan istirahat untuk mencapai kejernihan dan ketenangan. Solat lima waktu merupakan kebutuhan kita untuk memasuki frekuensi gelombang otak yang rendah, untuk mencapai kecerdasan yang lebih tinggi, kreativitas, intuisi dan tuntunan Ilahi. Solat yang khusyuk akan membawa kita pada suatu kondisi dimana pikiran kita pada posisi gelombang frekuensi yang rendah . Pada posisi ini terjadi peremajaan sel -sel tubuh (rejuvenation) sehingga kita menjadi lebih tenang, lebih terasa sehat dan awet muda.

Ketiga, pembersihan diri, berupa detoksifikasi yaitu pembuangan racun-racun. Dalam agama Islam kita mengenal Rukun Islam ketiga yaitu kewajiban menjalankan ibadah puasa. Sewaktu berpuasa , kondis tersebut merupakan sebuah proses bagi kita untuk membersihkan tubuh dari segala racun-racun dan sisa pembuangan metabolisme tubuh, serta memberi waktu bagi tubuh kita untuk beristirahat.

Jadi terlihat jelas bahwa berpuasa adalah kebutuhan mutlak seseorang untuk memelihara kesehatannya, selain bahwa puasa membantu kita untuk mencapai ketenangan (frekuensi gelombang otak yang rendah) sehingga kita dapat mencapai kesadaran tertinggi (superconsciousness). Oleh karena itu dalam bulan puasa ada suatu malam yang dikenal sebagai lailatul qadar. Suatu malam yang diharapkan pada bulan puasa manusia mencapai tahapan meditatif ketika seseorang secara sempurna dan mencapai supra-sadar dengan kondisi jiwa yang bersih dan tenang. Ketika tahap pembersihan diri tercapai, maka umat Islam merayakannya sebagai Idul Fitri atau kembali ke fitrah (sebagai makhluk spiritual yang suci dan murni).

Keempat, beramal dan mengucap syukur (Charity and Gratitude). Beramal bukan untuk kebutuhan orang lain semata. Justru kita butuh untuk melakukan amal karena terbukti dalam penelitian bahwa rasa iba dan kasih sayang menstimulasi pembentukan hormon yang meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan kita. Beramal dan mengucap syukur adalah sebuah pernapasan rohani, yang jika tidak kita lakukan maka kita akan mati secara spiritual dalam arti kita semakin tidak dapat mencapai tahapan aktualisasi diri atau pemenuhan diri yang sempurna. Dalam Rukun Islam yang keempat ada kewajiban membayar zakat. Membayar Zakat adalah beramal atau berbuat baik pada sesama merupakan ciri kecerdasan spiritual yang tinggi , amalan ini juga merupakan bentuk aktualisasi diri menurut istilah Maslow, di mana kita memiliki misi untuk menolong sesama kita.

Kelima, penyerahan diri secara total. Ini adalah tahapan tertinggi dalam perjalanan spiritualitas seseorang, yaitu ketika dia sudah tidak punya rasa kuatir akan apa yang akan terjadi. Dia memiliki rasa pasrah secara total kepada Tuhan, karena sebagai makhluk spiritual, dia telah mencapai penyatuan dengan sang Pencipta. Dalam Rukun Islam yang kelima dikenal dengan ibadah Haji. Mungkin kita dulu selalu bertanya, mengapa orang naik Haji diberangkatkan dengan doa seperti orang mendoakan mereka yang meninggal dengan diiring Azan dan Qomat. Selain mungkin bahwa ada risiko meninggal dalam menjalankan ibadah haji, hal tersebut bermakna bahwa ketika seseorang berangkat haji, berarti dia sudah menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.

Bagaimana Menjadi Cerdas secara Spiritual

Menjalankan Rukun Islam secara baik sesuai tuntunan Rosululloh SAW adalah merupakan latihan (exercises) untuk mendapatkan Kecerdasan Spiritual yang tinggi. Yang ditandai dengan kemampuan kita dalam pengendalian diri, banyak beramal dan banyak mengucap syukur, rela memaafkan, pasrah, rendah hati, tidak cemas, menjalin hubungan baik dengan manusia dan lingkungannya dan mencintai pekerjaan kita.

Tulisan ini sekedar renungan dan merupakn pendapat pribadi dan bukan dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat kecerdasan spiritualitas kami. Seperti juga Anda, kami sedang belajar untuk menumbuhkan rasa iman kepada Allah SWT semaksimal mungkin sebagai bentuk usaha meningkatkan kecerdasan spiritual dan merupakan usaha memantapkan tujuan hidup sebagai manusia sesuai yang diajarkan dalam Al- Quran : ” Inna solati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahirabbil a’lamin” (sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku kerana Allah tuhan sekelian alam).

Mungkin syair dibawah ini merupakan representasi pernyataan seorang hamba Alloh dalam kepasrahannya, yang merupaka refleksi kecerdasan spiritualnya.

Wahai Tuhan, ku tak layak ke syurgaMu
Namun tak pula aku sanggup ke nerakaMu
Ampunkan dosaku, terimalah taubatku
Sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar


Ilahi lastu lil firdausi ahlaa
Wa laa aqwa ‘alaa naaril jahiimi
Fahabli taubataw waghfir dzunuubi
Fa innaka ghofirudz dzam bil ‘adhiimi


Dosa-dosaku bagaikan pepasir di pantai
Dengan rahmatMu ampunkan daku oh Tuhanku


Wahai Tuhan selamatkan kami ini
Dari segala kejahatan dan kecelakaan
Kami takut, kami harap kepadaMu
Suburkanlah cinta kami kepadaMu


Kamilah hamba yang mengharap belas dariMu “Dunia hari ini sedang menantikan generasi yang berakhlak dengan akhlak yang mantap dan bersi

Hasbi rabbi jallallah, ma fi qalbi ghairullah…
cukuplah hanya tuhan bagiku, dalam hatiku tiada apa-apa selain Allah.


Kuwait, 26 Desember 2007
(Disunting dari situs-2 di internet oleh Ridwan Fakih )

0 comments: